Aku tahu dari awal bahwa ini tidak akan mudah. Pekerjaanku adalah apa yang tidak disukai orang lain. Masuk ke dalamnya sudah harus membuatku siap bahwa orang-orang mungkin jadi kecewa, dengan caranya masing-masing.
Apa aku bahagia melihat orang lain terluka? Bahkan dari tanganku?
Alhamdulillah tidak
Tapi tahukah kamu, bahwa lewat luka itu kamu bisa tahu apa yang jadi masalah dalam tubuh kamu.
Iya, aku adalah seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik atau bisa juga disebut Analis Kesehatan, yang sebagian besar tugasku adalah mengambil darah menggunakan jarum suntik. Mengamati darah dan cairan lainnya untuk diteliti apakah semuanya baik. Iya hanya sampai di sana.
Tapi, apakah ada orang yang suka disuntik untuk sengaja dikeluarkan darahnya?
Tentu tidak.
Nah itulah tugasku, berisiko untuk dibenci.
Aku tahu tidak semua orang pemarah, aku tahu banyak orang yang pengertian, tapi tugas ini, yang dikerjakan betul-betul atas kuasa Tuhan, sungguh sangat rentan dengan keluhan.
Aku ingin buat pengertian.
Manusia diciptakan Allah dengan segala keunikannya. Percayalah, menjadi seorang analis membuatku yakin bahwa satupun manusia di muka bumi ini tidak ada yang sama. Tidak satupun. Bahkan peliknya, keadaan setiap orang setiap hari pun tidak akan sama. Ini yang menjadi tantangan sesungguhnya dalam pengambilan darah.
Setiap orang datang dengan jenis, bentuk, dan posisi vena yang berbeda, atau yang sering kita bilang urat. Ada yang dipermukaan, ada yang cukup dalam, tersamar lemak, tersamar otot, ada yang dipinggir, ada yang di tengah, ada yang lurus, ada yang miring, ada yang bercabang, ada yang sangat kecil tapi kuat, ada yang besar tapi ringkih, ada yang kecil ringkih tenggelam. Sungguh variasi yang masih luar biasa banyak.
Kondisi itu tidak bertahan selamanya. Hari ini mungkin seseorang uratnya ada di tengah, jelas terlihat. Pekan depan, bulan depan, tahun depan, posisinya bisa sangat sulit di cari. Ini benar-benar di manusia yang sama.
Dengan semua karakteristik itu, ketahuilah tugas kami hanyalah berusaha. Berusaha yang maksimal. Sebab pada prakteknya, semua berada dalam kendali Allah SWT. Allah bilang ketemu, maka uratnya ketemu tapi belum tentu darahnya bisa keluar. Allah bilang nggak ketemu, tapi ada tanda-tandanya, dan Allah bilang darahnya keluar. Maka keluar.
Sungguh pahamilah, kami manusia. Kuasa kami adalah berusaha. Tidaklah bahagia bagi kami untuk melakukan 2x penyuntikkan. Tidaklah senang bagi kami melihat kalian meringis kesakitan. Sangat bahagia bagi kami saat berhasil melakukan 1 kali suntik tanpa rasa sakit dan volume darah cukup. Pekerjaan kami lebih cepat, hati kami tidak diselubungi rasa bersalah.
Kamu tahu betapa kelabunya rasa bersalah? Sangat kelam dan menenggelamkan.
Ini mungkin terdengar aneh, tapi di dunia kerja senior kami selalu akan mengajari, " Santai aja, bukan kamu yang merasakan sakitnya."
Terdengar seperti tidak ada nuraninya. Tapi sungguh kita dipaksa untuk berani dan yakin agar indera perasa kami peka saat meraba vena kalian. Semua freshgraduate merasa sangat tidak tega untuk menusukkan
jarum suntik, karena selama sekolah kami belajar dengan saling menyuntik antar
teman maka kami tahu rasanya disuntik oleh amatir. Kami tahu itu sakit. Harus bagaimana lagi, kadang empati menutup intuisi.
Bukan untuk menjadi antipati, tapi memang pekerjaan ini menyakiti.
Sungguh kami tak ingin dipuji dan disanjung, cukup mengertilah kita sama-sama manusia. Kemampuan kita hanyalah anugerah Allah SWT.
Aku tahu kita semua membayar untuk diberikan pelayanan terbaik, aku tahu uang begitu berharga. Aku tahu tanpa pasien tenaga medis bukan siapa-siapa. Tapi apakah manusia lain tidak berharga.
Kita manusia dan kesalahan selalu ada dipundak kita
Selasa, 21 April 2020
Labtalk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar